Keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca Dan Menulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Manusia adalah
makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya
orang lain. Dalam kehidupan manusia diperlukan interaksi dengan manusia lainnya
dengan menggunakan suatu bahasa. Untuk menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa. Tanpa keterampilan berbahasa
manusia tidak dapat untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya
Keterampilan
berbahasa yang dibahas dalam makalah ini adalah keterampilan berbahasa
indonesia. Dalam pembahasan makalah ini, keterampilan berbahasa dibagi menjadi
empat keterampilan yaitu menyimak dan berbicara, menyimak dan membaca,
berbicara dan mebaca, dan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
Keterampilan
berbahasa dapat kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari, dilingkungan sekitar
dan dibangku pendidikan lainnya. Baik belajar menyimak, berbicara, membaca dan
menulis keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan. Maka untuk
memenuhi kebutuhan keempat keterampilan berbahasa itu maka makalah ini yang
berjudul ‘’Hubungan Empat Keterampilan Berbahasa’’.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasar
latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa
yang dimaksud dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis?
2.
Apa
hubungan atau kaitan antara keempat keterampilan menyimak, berbicara, membaca
dan menulis?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
1.
Mengetahui penegertian dari keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis.
2.
Mengetahui hubungan antara keterampilan berbahasa yang
satu dengan yang lain.
1.4 MANFAAT
1. Bagi
saya, keterampilan tersebut dapat menambah pengetahuan dan masukan.
2. Bagi
saya, dapat memberikan informasi tentang hubungan antara ke emapat keterampilan
tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 keterampilan berbahasa
Keterampilan
berbahasa (language arts, language skills)
dalam kurikulum disekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:
a.
Keterampilan
menyimak (listening skills)
b. Keterampilan Berbicara (speaking skills)
c.
Keterampilan
Membaca (reading skills)
d.
Keterampilan
Menulis (writing skills)
Tiap
keterampilan itu erat sekali hubungam dengan ketiga keterampilan lainnya dengan
cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya
kita melalui suatu hubungam urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil
kita belajar menyimak bahasa kemudian
berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah, sedangkan membaca
dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.
Selanjutnya, setiap
keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin termpil
seseorang berbahasa, semakin crah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.
Melatih keteampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir
(Dawson {t all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
2.2 Hubungan
Atau Keterkaitan Antar Keterampilan Berbahasa
A.
Hubungan
antara keterampilan menyimak dan berbicara
Menyimak dan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan
komunikasin tatap muka atau face to face communication
(Brooks, 1964:132).
Kegiatan
menyimak dan berbicara ini saling melengkapi, tidak ada gunanya seseorang
berbicara bila tidak ada seseorang yang menyimak. Tidak mungkin seseorang menyimak
tanpa ada yang berbicara.
Hal-hal yang dapat memperlihatkan
eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai berikut:
1. Ujaran
(speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karna
itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting
dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
2. Kata-kata
yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimulasi) yang ditemukannya (misalnya, kehidupan desa dan kota)
dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam
penyampaian gagasan-gagasannya.
3. Ujaran
sang anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan dalam masyarakat tetpatnya
hidup. Hal ini terlihat nyata dalam ucapan, intonasim kosa kata, penggunaan
kata-kata, dan pola-pola kalimatnya.
4. Anak
yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang
dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkan.
5. Meningkatkan
keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara
seseorang.
6. Bunyi
suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata
sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta
menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari pada guru, rekaman-rekaman yang
bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
7. Berbicara
dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan
informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan
bahasa yang didengar serta disimaknya (Dawson [et all], 1963: 29; tarigan,
:2).
B. Hubungan
antara keterampilan menyimak dan membaca
Menyimak
dan membaca mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat receptive, bersifat
menerima (Brooks, 1964: 134), perbedaanya, menyimak menerima informasi dari
sumber tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak menerima informasi dari
kegiatan berbicara,
sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.
Agar mendapat gambaran
yang lebih jelas, perhatikan gambar 2 berikut ini:
Persamaan dan perbedaan antara menyimak dan membaca
Menyimak
|
Lisan (hasil kegiatan berbicara)
|
|
Membaca
|
Reseptif (Menerima informasi dari sumber)
|
Tulisan (hasil kegiatan menulis)
|
Kegiatan menyimak juga merupakan faktor penting bagi
kebersihan seseorang dalam belajar membaca serta efektif. Penelitian para pakar
atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara membaca dan menyimak,
sebagai berikut.
a.
Pengajaran
serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan pleh sang guru melalui lisan,
dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting
sekali.
b.
Menyimak
merupakan cara atau modal utama bagi pelajaran lisan (verbalizer learning),
selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang
cacat dalam membaca haruslah meneruskan pembelajarannya di kelas yang lebih
tinggi dengan lebih banyak menyimak dari pada membaca.
c.
Walaupun
menyimak pemahamaan (listening comprehension), anak-anak sering gagal untuk
memahaminya, dan tetap menyimpan, memakai, menguasai sejumlah fakta yang mereka
dengar atau mereka simak.
d.
Oleh
karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih
efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil pengajaran itu lebih baik.
e.
Kosa
kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
f.
Bagi
para siswa yang lebih besar atau yang lebih tinggi kelasnya, korelasi antara kosa
kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary)
memang sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
g.
Perbedaan-perbedaan
atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan membaca
yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukungan atau faktor
tambahan dalam ketidak mampuan membaca (poor reading).
h.
Menyimak
turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang
diajukan oleh sang pembicara. Akan tetapi, bagi para siswa yang lebih tinggi
kelasnya ternyata membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak
dan memahami informasi yang terperinci.
C.
Hubungan
keterampilan berbicara dan membaca
Beberapa
proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan
kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Kemampuan umum berbahasa lisan
turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta
keterampilan bagu pengajaran membaca. Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang
jelas dan lancar, kosa kata yang luas dansempurna bila diperlukan,
pembedaan-pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta
,emelusuri perkembangan urutan suatu cerita. Selain itu juga hubungan aneka
kejadian dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan
antar bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa
penelitian, antara lain:
a.
Performa
atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
b.
Pola-pola
ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu
pelajaran membaca bagi anak.
c.
Kalau
pada tahun-tahun pemulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran
membaca, bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan
lisan meraka.
d.
Kosa
kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andai
kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, hendaklah sang guru
endiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai
membacanya (Dawson [et all], 1963: 30; Tarigan,
:4).
D.
Hubungan
keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
Wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat
sekali hubungannya karena keduanya mempunyai banyak kesejajaran bahkan
kesamaan, antara lain:
a.
Sang
anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, sedangkan kosa kata,
pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ode yang memberi ciri kepada ujarannya
merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b.
Sang
anak yang telah menulis dengan lancar, biasanya dapat pula menuliskan
pengalaman-pengalaman secara tepat tanpa didahului diskusi lisan.
c.
Aneka
perbedaan pun terdapat pada komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspersi
lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak
tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan ketimbang ekspresi
tulis.
d.
Membuat
catatan serta merakit bagan atau kerangka ide-ide yang akan disampaikanpada
suatu pembicara akan menolong para siswa untuk mengaturkan ide-ide tersebut
kepada para pendengar. Para siswa harus lebih banyak latihan berbicara dan
belajar berbicara yang bersumber dari catatan-catatan. Segala upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi bahasa tersebut jelas akan
berpengaruh kepada ketiga segi lainnya. Memang kita harus selallu meningkatkan
dan menyadari “learning is an integrated
thing” (Dawson [et all], 1963:
30-2; Tarigan,
).
Menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat untuk
menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat dalam hal
mengekspresikan makna. Dalam penggunaanya, keempat keterampilan tersebut sering
kali berhubungan satu daan lainnya.. seseorang mahasiswa membuat catatan ketika
dia menyimak atau membaca. Seseorang pembicara menafsirkan respons pendengaran
terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan
menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama (Anderson, 1972:3).
Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai
keempat jenis keterampilan berbahasa serta hubungannya satu dan lainya, marilah
kita perhatikan gambar.
Langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional
|
menyimak
|
Komunikasi
Tatap muka
|
Berbicara
|
Langsung
Produktif
Ekspresif
|
Keterampilan
berbahasa
|
||||
Tak langsung
Produktif
Ekspresif
|
Menulis
|
Komunikasi
Tidak
Tatap muka
|
Membaca
|
Tak langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional
|
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Dalam
berbahasa ada empat keterampilan utama, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Pada umumnya keempat keterampilan tersebut berkembang
secara berurutan. Sejak dalam kandungan manusia sudah mampu untuk menyimak.
Dari hasil simakan itu manusia menirukan dan pada akhirnya muncul keterampilan
berbicara. Setelah itu manusia mulai mengenal simbol-simbol bahasa secara
tertulis dan mempelajarinya. Untuk membaca dan menulis masih belum diketahui
secara pasti mana yang berkembang lebih dahulu. Tetapi, anak yang belum mampu
membaca pun bisa saja mencoret-coret kertas atau menulis walaupun mungkin belum
bermakna.
Empat
keterampilan berbahasa itu saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.
Dalam suatu aktivitas berbahasa bisa saja melibatkan beberapa keterampilan
berbahasa. Peningkatan kemampuan pada satu jenis keterampilan akan mendukung
keterampilan berbahasa lainnya. Dengan demikian apabila ingin memiliki
keterampilan berbahasa yang baik maka tidak bisa mengabaikan salah satu dari
empat keterampilan tersebut.
3.2 Saran
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seseorang, karena dengan
menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap dan
memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu:
1.
Keterampilan
menyimak
2.
Keterampilan
berbicara
3.
Keterampilan
membaca
4.
Keterampilan
menulis
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,
Henry Guntur.2013.’’Menyimak Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa’’Bandung:Angkasa
Komentar
Posting Komentar